Senin, 02 September 2019

Gadget dan Generasi Muda


Gadget Merusak Moral Para Remaja
oleh :
 Via Oktantri

“Teknologi itu ibarat gunting. Benar atau salah penggunaanya tergantung si pemakai. Inilah peran penting keluarga bagaimana mengawasi anak”
(Kak Seto dalam acara “Taiwan Excellence Cultural Fair 2016”)
    
    Gunting merupakan salah satu benda tajam yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Benda ini berfungsi untuk memudahkan pekerjaan manusia yaitu untuk memotong sesuatu. Seperti apa yang diungkapkan oleh Kak Seto dalam acara “Taiwan Excellence Cultural Fair 2016” bahwa teknologi ibarat gunting. Mengapa bisa demikian? Teknologi bisa dianggap sebagai alat untuk mempermudah segala hal apabila dimanfaatkan dengan baik, di sisi lain teknologi juga bisa membahayakan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Semua itu tergantung pada si pemakai. Apakah pemakainya bijak atau malah sebaliknya. Tidak ada yang tau kecuali diri sendiri.
    Teknologi yang dimaksud dalam bahasan di atas misalnya saja gadget. Teknologi inilah yang telah kian berkembang di kalangan remaja. Penggunaan teknologi di kalangan remaja benar-benar perlu adanya pengawasan dari pihak keluarga. Mengapa demikian? Adanya pengawasan terhadap anak termasuk remaja sangat dibutuhkan karena hal sekecil itu merupakan suatu perhatian yang besar bagi seorang anak termasuk remaja. Pengawasan yang dilakukan dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya merusak moral para remaja. Padahal remaja adalah generasi penerus bangsa yang seharusnya bisa memanfaatkan teknologi dengan baik.
Tantangan Generasi Z
    Menurut Wikipedia, generasi Z adalah generasi setelah generasi Y. Hal itu didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pada rentang tahun 1995-an sampai pertengahan 2000-an. Generasi Z sering disebut juga sebagai “Gen Z”. Mengapa? Karena generasi Z atau gen Z merupakan generasi peralihan dari generasi Y ke generasi yang lebih modern. Generasi yang lebih modern berarti generasi yang memiliki perkembangan teknologi yang lebih tinggi.
    Generasi Z juga disebut sebagai “Igeneration”, karena gen Z ini merupakan generasi net atau generasi internet. Dimana pada era modern ini, banyak kalangan remaja bahkan anak-anak yang telah memiliki gadget. Generasi ini sebenarnya hampir sama dengan generasi Y, namun generasi ini lebih bisa mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu. Hal itu dimaksudkan ketika banyak anak remaja yang gemar bermain sosial media seperti twitter, instagram, facebook, dan lain sebagainya.
    Gen Z telah mengenal dan akrab dengan teknologi sejak kecil, teknologi yang dimaksud seperti gadget. Gadget inilah yang dapat mempengaruhi kepribadian para remaja. Banyak tantangan yang harus mereka hadapi di masa depan. Tantangan yang dimaksud misalnya saja adanya informasi yang kurang akurat atau biasa disebut dengan hoax. Berkembang pesatnya teknologi informasi membuat banyak orang semakin tidak karuan dalam menyebarkan berbagai berita. Banyak diantara mereka yang mudah percaya dengan berita-berita yang beredar di kalangan masyarakat maupun internet, tanpa mereka saring terlebih dahulu. Selain itu, tantangan lain berasal dari diri remaja sendiri yaitu tantangan mengenai etika para remaja. Pada masa era globalisasi, banyak remaja yang lebih mementingkan gadgetnya daripada bersosialisasi dengan sekitarnya. Ketika mereka telah memegang dan memainkan gadget tersebut, mereka menjadi orang yang acuh tak acuh serta bersikap apatis terhadap sekitar. Bahkan bisa saja ketika mereka diajak berbicara dengan orang tua, teman, sanak saudara, dan sebagainya mereka lebih mementingkan untuk memandang gadgetnya daripada bertatap muka dengan lawan bicaranya. Hal itulah yang disebut tantangan mengenai etika bagi para gen Z.
    Terlepas dari masalah hoax dan etika para remaja, ternyata tantangan yang harus dihadapi oleh gen Z masih banyak. Semakin berkembangnya teknologi, para remaja akan semakin ketergantungan dengan teknologi (gadget). Sebagai contohnya, banyak diantara mereka yang tidak bisa melakukan apa-apa tanpa internet. Hal sepele yang seharusnya bisa mereka lakukan sendiri tetapi mereka memanfaatkan internet, seperti di era modern ini go-food telah banyak digemari oleh kalangan remaja. Mengapa? Karena sebagian besar dari mereka menganggap hal itu adalah hal yang praktis serta mudah dilakukan. Ternyata teknologi yang kian berkembang membuat seseorang menjadi malas-malasan. Tidak hanya itu, mereka para anggota gen Z juga memiliki tantangan terhadap pergaulan mereka sendiri. Teknologi yang kian berkembang bisa membuat seseorang menjadi salah pergaulan. Hal itu dapat dilihat dari para remaja yang kian menggemari media sosial. Mereka mencari teman di dunia maya tanpa tahu latarbelakang dari orang tersebut. Belum tentu orang yang mereka ajak berteman adalah orang yang baik. Mengapa? Karena asal usulnya saja tidak tahu. Jika kita lihat dari berbagai pengalaman yang ada, pertemanan di dunia maya banyak membawa dampak negatif bagi kepribadian seseorang. Apabila para remaja tidak bisa membentengi diri mereka sendiri maka mereka sendirilah yang akan terjerumus ke dalam hal yang buruk.
    Tantangan-tantangan di ataslah yang seharusnya diatasi oleh para gen Z. Hanya diri mereka sendirilah yang tahu bagaimana seharusnya mereka berbuat dan bagaimana cara mereka membentengi diri mereka dari hal-hal yang buruk. Sesuatu yang diperoleh dengan cara yang bijak maka akan menghasilkan sesuatu yang indah. Begitu pula dengan gadget. Jika para gen Z dapat mempergunakan gadget dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa depan akan sangat mudah mereka hadapi.
Demoralisasi
     Generasi Z atau gen Z sering diidentikan dengan penurunan kualitas moral. Penurunan kualitas moral inilah yang disebut dengan demoralisasi. Dalam Sosiologi, demoralisasi adalah merosot atau menurunnya moral atau akhlak yang tercermin pada perilaku yang bertentangan dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat. Pada masa sekarang, telah banyak para remaja yang mengalami demoralisasi. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai hal. Entah dari lingkungan masyarakat, keluarga, maupun teman sebayanya.
    Demoralisasi yang terjadi di kalangan remaja disebabkan oleh semakin besarnya pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan, salah satunya bidang teknologi. Sangat mudah bagi para remaja terkena demoralisasi, karena banyak diantara mereka yang tidak lagi memperdulikan aturan-aturan yang ada di dalam hidup mereka. Mereka lebih senang dengan kehidupannya sendiri tanpa memikirkan kehidupan orang lain. Mereka lebih asik dengan gadget yang mereka punya daripada bersosialisasi dengan orang lain. Hal itu sudah merupakan salah satu contoh dari menurunnya moral para remaja.
    Demoralisasi yang telah melanda Indonesia terutama bagi para remaja, sangatlah membuat pilu. Banyak remaja yang telah memperlihatkan gejala-gejala yang mereka timbulkan karena mengalami demoralisasi. Gejala-gejala yang dimaksud tentunya adalah gejala yang negatif. Gejala yang benar-benar akan menjerumuskan para generasi muda yang juga merupakan gen Z. Gejala tersebut diantarnya adanya kenakalan remaja (pergaulan bebas), narkoba, kriminalitas, tawuran, korupsi, dan lain sebagainya.
    Salah satu gejala dari demoralisasi yaitu kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu kondisi dimana anak remaja melanggar norma atau aturan yang ada di masyarakat, karena adanya perubahan emosi yang tidak diiringi dengan perhatian dari lingkungan sekitar. Perhatian yang sangat diperlukan biasanya adalah perhatian dari keluarga. Kenakalan remaja sudah banyak terjadi di Indonesia. Jika dilihat dari berbagai acara televisi telah banyak para remaja yang rela mengorbankan masa depan mereka dengan hal yang benar-benar tidak masuk akal. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai pergaulan bebas. Para remaja yang telah memiliki gadget akan semakin mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Mengapa? Karena gadget akan membuat jarak yang jauh menjadi semakin dekat dan membuat jarak yang dekat menjadi semakin jauh. Artinya, banyak remaja lebih memilih pergaulan di luar kalangan masyarakat tanpa tahu latarbelakang teman sepergaulannya. Pergaulan itu baik atau tidak mereka tidak akan tahu sebelum mereka merasakan dampaknya.
    Demoralisasi yang terjadi ternyata juga membuat seorang remaja menjadi pecandu narkoba. Mungkin tidak hanya narkoba namun juga minuman keras. Pada dasarnya manusia yang telah kecanduan narkoba akan menjadi kehilangan kesadaran dalam dirinya. Tidak hanya kesadaran yang hilang namun akal manusia juga akan menjadi rusak. Padahal akal adalah hal yang membedakan manusia dengan binatang. Jika akal saja sudah rusak, maka apa yang ada dipikiran manusia itu. Hal itu juga berlaku pada kalangan remaja. Banyak para remaja yang iseng-iseng mencoba minum-minuman keras dan narkoba. Namun, di sisi lain mereka sama sekali tidak memikirkan akibat apa yang akan mereka dapatkan. Mereka telah memiliki nama yang buruk di kalangan masyarakat dan juga telah menyalahi aturan yang ada di dalam masyarakat.
    Setelah para remaja kecanduan narkoba dan minum-minuman keras, mereka akan mudah emosi dan bertindak seenak mereka. Tindakan yang mereka lakukan itulah yang sering disebut dengan kriminalitas. Kriminalitas merupakan suatu keadaan dimana adanya perbuatan yang merugikan orang lain baik secara fisik maupun psikologis. Gen Z yang telah mengenal teknologi sejak kecil pasti tidak asing dengan kriminalitas yang terjadi Indonesia. Sangat banyak remaja yang melakukan tindak kriminalitas yang merugikan diri mereka sendiri. Remaja yang telah kehilangan akal sehat pasti akan melakukan hal-hal yang membuat dirinya senang dan menguntungkan diri mereka sendiri. Contoh kriminalitas yang ada di kalangan remaja adalah banyaknya pencurian yang dilakukan untuk memenuhi kesenangannya, entah itu foya-foya, belanja, atau sebagainya.
Ketergantungan Remaja terhadap Gadget
    Gadget yang sangat akrab dengan para gen Z sangatlah sulit untuk dipisahkan. Antara gadget dan gen Z adalah satu kesatuan yang sangat erat. Mengapa demikian? Karena gen Z adalah generasi internet. Tidak asing lagi bukan? Sudah banyak remaja yang pandai mengaplikasikan internet dengan berbagai macam jenis smartphone. Generasi ini sangatlah berbeda dengan generasi sebelum-sebelumnya. Pada generasi ini, gadget selalu di nomor satukan dalam berbagai hal. Entah itu dalam hal pendidikan, sosial, budaya, atau sebagainya.
    Menurut hasil survei yang dilansir dari “WA Today, Senin 21 September 2015 terhadap orang tua”. Penelitian tersebut dilakukan melalui poling ComRes untuk saluran televisi Channel 4 News. Hasil survei menunjukkan bahwa sekitr 47 persen dari orang tua mengatakan, anak mereka kebanyakan menghabiskan waktu seharian di depan layar gadget. Sedangkan 43 persen lainnya mengaku bahwa anak mereka telah memiliki ikatan emosi dengan perangkat mobile (gadget) yang mereka miliki. Sudah 90 persen orang tau yang menjawab survei tersebut dengan hal yang sangat menjadi pikiran. Remaja yang telah memiliki ketergantungan terhadap gadget , maka akan sulit untuk dihilangkan. Ketergantungan yang seperti apa yang banyak kita jumpai di lingkungan sekitar kita? Dapat kita lihat bahwa banyak remaja yang selalu membawa gadget mereka kemanapun mereka pergi. Tanpa gadget, hidup mereka akan terasa kurang. Sebagai contoh ketika seorang remaja pergi ke sekolah dengan lupa membawa gadget mereka, maka mereka akan berusaha menghubungi orang tua ataupun sanak saudaranya untuk menyusulkan gadget mereka ke sekolah. Sangat miris bukan? Hanya karena gadget saja mereka rela menyuruh anggota keluarga mereka untuk menyusulkannya. Bukankah sebenenarnya di sekolah mereka perlu fokus untuk belajar? Seharusnya tanpa gadgetpun mereka bisa. Tetapi yang kita lihat bukanlah demikian. Selain itu, banyak remaja yang menggunakan gadget tidak sesuai dengan porsi mereka. Misalnya saja untuk bermain game online, memesan makanan (go-food), memesan ojek (gojek), mengerjakan tugas, mencari teman, mencari jalan, mencari produk-produk terbaru yang akan membuat remaja menjadi konsumtif, dan lain-lain.
    Para remaja yang memiliki ketergantungan terhadap gadget dapat kita lihat di lingkungan sekitar. Semakin banyak para remaja yang asyik dengan gadgetnya untuk bermain game online seperti Mobile Legend. Penduduk Indonesia yang telah kecanduan gadget untuk bermain game online sudah mencapai 34 juta orang. Hal itu masih merupakan sebuah prediksi yang ditulis dalam sebuah artikel di Web Pikiran Rakyat. Perdiksi tersebut menunjukkan bahwa banyak remaja masa kini yang sudah ketergantungan dengan gadget. Mengapa ? Karena sebagian besar dari mereka pasti akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game online. Tanpa mereka sadar, sebenarnya bermain game online terlalu lama di depan gadget dapat membuat mata menjadi rusak. Seharusnya para remaja sadar akan hal itu, sehingga mereka tidak ketergantungan lagi dengan gadget.
    Terlepas dari permasalahan remaja yang gemar bermain game online, sekarang juga marak remaja yang gemar melakukan hal-hal yang instan. Hal yang dimaksudkan adalah ketika mereka mendapat tugas dari guru mata pelajaran. Banyak siswa yang ketika mendapat tugas dari guru dan mereka menggap tugas itu sulit, maka mereka akan dengan mudah untuk mencari informasi di internet. Padahal, mereka bisa menggunakan otak mereka untuk berfikir. Bukankah internet adalah buatan manusia? Artinya manusia lebih pandai dibandingkan internet. Tetapi masih sangat banyak remaja yang tidak bisa terlepas dari internet. Mereka tidak mau berfikir kritis untuk menyelesaikan suatu persoalan, sehingga mereka lebih mengandalkan internet dalam segala hal. Ya, itulah ketergantungan seorang remaja terhadap internet yang berada di dalam gadget masing-masing.
    Ketergantungan terhadap gadget bukanlah hal yang mudah untuk ditangani. Mengapa? Karena ketergantungan seorang remaja terhadap gadget dapat ditangani oleh diri mereka sendiri, bukan orang lain. Orang lain hanyalah sebuah perantara antara si remaja dengan egonya. Tanpa perantara pun seharusnya para remaja sadar diri akan penggunaan gadget yang sebenarnya. Jika mereka masih mampu melakukan apapun dengan otak dan diri mereka sendiri maka seharusnya mereka tidak terlalu mengandal gadget. Suatu perubahan ke masa yang baik memang membutuhkan suatu proses yang bertahap. Hal itulah yang akan dialami oleh para remaja ada generasi modern ini.
Perlunya Pengawasan terhadap Penggunaan Gadget
    Gadget yang semakin berkembang di era modern ini memiliki banyak dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang didapatkan dari gadget tidak perlu dihiraukan lagi. Namun, dampak-dampak negatif yang timbul dari penggunaan gadget masih harus ditangani. Untuk apa ? Untuk membawa para manusia terutama remaja ke jalan yang baik dan benar sesuai norma yang ada. Maka dari itu, untuk menangani adanya dampak negatif penggunaan gadget, perlu dillakukan adanya pengawasan terhadap para remaja. Entah pengawasan seorang guru terhadap muridnya ataupun pengawasan orang tua terhadap anaknya. Pengawasan yang seperti apa yang dimaksud ?
    Penggunaan gadget di lingkungan sekolah sangat memerlukan pengawasan dari guru. Di lingkungan sekolah inilah terkadang para siswa menggunakan gadget tidak sesuai dengan aturan. Artinya tidak semua guru memperbolehkan siswanya untuk menggunakan gadget ketika dalam pembelajaran. Namun, yang kita lihat di kalangan siswa-siswi pada zaman sekarang, mereka tidak bisa terlepas dari gadget. Mereka akan mencuri-curi waktu untuk memainkan gadget mereka walaupun sedang dalam pembelajaran. Misalnya saja untuk sekadar membuka sosial media. Ketika seorang murid merasa pembelajaran kurang mengenakan, mereka akan menggunakan gadget mereka untuk mengatasi kebosanan mereka. Padahal, dalam tata tertib saja sudah jelas jika seorang murid dilarang menggunakan gadget atau pun handphone ketika sedang dalam pembelajaran kecuali memang di suruh oleh guru mata pelajaran.
    Di lingkungan sekolah itulah para guru dapat melakukan berbagai pengawasan. Ketika seorang murid menggunakan gadgetnya di saat mata pelajaran sedang berlangsung, maka seorang guru dapat menegurnya dengan halus. Ketika teguran yang dilakukan tidak dihiraukan dan malah diulangi kembali, maka seorang guru dapat melakukan penyitaan terhadap gadget tersebut. Hal itu dilakukan tidak semata-mata untuk mengambil dan tidak dikembalikan, namun hal itu dilakukan untuk membuat seorang siswa merasa jera dan kapok karena telah memainkan gadget di saat mata pelajaran berlangsung. Pengawasan terhadap penggunaan gadget memang benar-bener diperlukan. Hal itu sebenarnya dilakukan untuk menjadikan seorang siswa menjadi anak yang taat pada aturan atau dengan kata lain disiplin. Selain itu, adanya pengawasan terhadap penggunaan gadget juga membuat seorang siswa agar dapat mengatur waktu dengan baik. Mengapa bisa demikian ? Karena gadget yang berkembang inilah yang membuat seorang siswa menjadi malas-malasan. Sehingga jika gadget di sita maka seorang siswa akan lebih fokus terhadap apa yang di pelajari.
    Pengawasan penggunaan gadget di lingkungan sekolah telah dilakukan oleh seorang guru, kemudian pengawasan penggunaan gadget di lingkungan rumah akan dilakukan oleh oarng tua. Mengapa perlu pengawasan ? Karena penggunaan gadget di rumah akan lebih banyak dibandingkan dengan di sekolah. Dan orang tua juga salah satu orang yang paling dekat dengan anak. Pengawasan seperti apa yang harus dilakukan oleh orang tua ? Banyak hal yang dapat mereka lakukan untuk mengawasi anak mereka. Hal tersebut misalnya dengan mengurangi durasi bermain gadget, mendampingi saat anak bermain gadget, hindarkan kecanduan gadget dari anak. Hal itu sangat mudah untuk dilakukan oleh para orang tua. Maka dari itu, sesibuk apapun orang tua harus disempatkan untuk mengawasi anaknya.
    Pengawasan orang tua terhadap anak yang dilakukan dengan mengurangi durasi pemakaian gadget memang sangatlah penting. Dengan mengurangi durasi pemakaian gadget per hari maka seorang anak akan menjadi lebih fokus ke hal belajar atau keluarga. Ketika berkumpul dengan keluarga, maka seorang remaja akan lebih asik dan nyaman jika mereka lepas dari gadgetnya. Selain itu, orang tua juga perlu melakukan mendampingi anak ketika bermain gadget. Hal itu perlu dilakukan untuk mengetahui situs atau aplikasi apa yang anak buka. Ketika seorang anak telah didampingi oleh orang tuanya maka anak tersebut tidak akan membuka hal-hal yang negatif karena ia tahu jika orang tuanya ada di sampingnya. Jangan biarkan anak bermain gadget sendirian di kamar, karena kita sebagai orang tua tidak akan tahu apa yang mereka tonton, apa yang mereka buka. Biasanya jika anak berada di dalam kamar sendirian, pasti ada hal yang disembunyikam dari orang tuanya. Sebagai orang tua harus cerdas dalam mendampingi perkembangan anak apalagi ketika beranjak remaja. Semakin besar usia anak maka akan semakin banyak tantangan yang harus di lewati dan orang tua harus ikut serta mendampingi. Perhatian dari orang tualah yang sangat diperlukan oleh seorang anak. Dengan perhatian dan kasih sayang yang penuh, anak dapat tumbuh menjadi seseorang yang baik.

1 komentar: